Jalanjalan Lelaki Ini Kongsi Pengalaman Melancong Ke 4 Buah Negeri Di India Dengan Kereta Api Lelaki warga Indonesia ini mengambil masa 11 hari untuk mengembara ke empat buah negeri iaitu Delhi, Udaipur, Agra dan Jaipur.
Bandungkan gunung. Kayaknya ada yang kurang kalau kamu gak menyambangi kawasan pegunungannya. Ada banyak sih kawasan pegunungan di Bandung. Di timur, selatan, utara, dan barat. Terpopuler tentu saja di utara karena ada Lembang, Gunung Tangkubanparahu, Dago Pakar, dan Tebing Keraton. Terbeken kedua ada di selatan. Hits dengan nama Ciwidey.
Bepergianbersama mereka, membuatku berasa paling mujur. Berbagai percakapan dari hal yang remeh temeh selalu saja berhasil menghibur.Penerbangan menuju Kolkata lumayan lama. Aku dan Andra benar-benar tak sabar ingin berada di India sama-sama. India menyimpan penuh sejuta tanya.
Saatkami bertanya arah ke Charles Bridge, ia menjawabnya dengan cukup lancar, ga perlu dicampur pake bahasa tarzan. Old Town Square (Staromestke Namesti) Ternyata rute jalan yang kami tempuh menuju ke Charles Bridge itu melewati Old Town Square dan objek-objek wisata utama lainnya seperti Church of Our Lady before Tyn dan Astronomical Clock.
Ohiya, kami berangkat sekitar jam 5 sore, dapet duduk di kursi paling belakang. Layout bus India emang agak aneh. Ada bagian sleeper di bus kami yang sudah sangat sempit. Pokoknya semua ruang dimanfaatkan deh, jangan sampe ada yang kosong.
PengalamanJalan Jalan Di Padang Besar. Salam Ladiess ♥. Lepas majlis kenduri cousin kiteorang terus ajak pengantin baru bawakan pegi padang besar, excited kemain lagi tau kiteorang nak pegi padang besar, disebabkan first time nak pegi dah set dalam otak nak borong barang banyak-banyak. sebab semua orang kata barang kat sana murah gile
. Saya sering dapat pertanyaan tentang jalan-jalan ke India, solo traveling ke India, female traveler ke India, padahal saya juga baru tiga kali ke India dan baru mengunjungi sedikit kota dari 29 negara bagian di yang menganggap saya go-to person untuk ditanya soal India. Menanggapinya, ya saya bisa apa selain kibas rambut sambil menggeliat mengelilingi pohon sering ditanyakan hal yang sama, jadi saya kepikiran untuk kumpulkan saja pertanyaan dan jawaban tentang jalan-jalan ke India, khususnya untuk pejalan ini membantu Teman-teman dan yang bukan teman saya nggak diskriminatif untuk meyakinkan diri jalan-jalan ke India. Hehehe. Aman nggak sih perempuan ke India? Saya nggak bisa jawab langsung YA atau TIDAK, nggak bisa garansi. Tapi yang pasti, saya meyakini di setiap negara itu ada orang jahatnya dan ada orang baiknya. Nah, karena saya juga percaya karma, maka orang seperti apa yang akan kita temui dalam hidup ini TSAH! adalah juga tergantung karma kita. << Macam berat ya pembahasan ini. Wkwkwk Puji Tuhan, tiga kali saya ke India, tiga kali juga saya pulang tanpa kurang suatu apa. Alhamdulillah. Susah ya jalan sebagai perempuan di India? Diliatin ya? Digodain ya? Itu ada yang sampai diperkosa! Susah Enggak. Agak lebih menantang dibanding jalan ke negara lain? Iya. Terlebih kalau perempuan sendirian dan secara fisik terlihat sekali berbeda dengan orang sana. Ketahuan turis banget gitu. Saya beruntung wajah saya agak bunglon. Kadang kelihatan kayak Sunda, kadang India, kadang Filipina, kadang Jawa, kadang Cindo, kadang kayak BCL Yhaaa.. Ngarep. Dari pertama saya ke India, beberapa orang sudah bilang saya mirip orang India timur kayak dari Darjeeling gitu. Pas saya googling wajah orang Darjeeling, lha ternyata kebanyakan terlihat seperti Chinese Mongolian. Hihihi. PS Saya selalu dikira Chinese pas di Maroko. Dan saya juga disangka lokal pas di Cina. Lucu ya. Padahal kalau dari standar Cindo atau orang Indonesia pada umumnya, saya nggak kelihatan Chinese sama sekali. Hihihi. Jadi kalau dari fisik, saya sesungguhnya nggak terlalu signifikan bedanya sama orang sana. Beberapa kali saya mau masuk museum pun saya ditagih harga tiket masuk lokal. Baru pas saya bilang, “No, no.. I’m foreigner.” mereka trus bengong sebentar lalu menagih harga tiket masuk khusus orang asing. Hihi. Orang India itu suka ngeliatin memang, khususnya ke perempuan. Yang lebih kurang nyamannya, cara mereka ngeliatin itu menatap, bukan cuma melihat sekilas. Saya pribadi kalau diliatin doang si nggak apa. Kalau saya sudah mulai merasa terganggu, biasanya saya tatap balik orangnya. Hahaha. Ntar lama-lama orangnya nunduk. Malu mungkin. Malu-malu mau. HALAH! Digodain? YAELAH DI JAKARTA AJA SAYA JALAN KAKI PAS HUJAN-HUJAN PADAHAL PAKAI JAS HUJAN DAN PAKAIAN TERTUTUP JUGA DIGODAIN!! Is it okay? No. Not okay. I was just giving a reality check, bahwa di negara saya juga saya menerima street harrasment serupa. Jadi seharusnya kalau sudah paham sama godaan tak berfaedah di Jakarta atau beberapa kota lain di Indonesia ya akan selow dapat godaan pas di India. Cuekin aja. Prinsip saya, selama saya nggak disentuh, saya bohwat. Lewatin saja. Mesti pakai pakaian kayak gimana sih biar aman? Usahakan pakai pakaian yang tertutup, nggak ketat, dan berbahan nyaman. Jangan lupa juga bersepatu. Kalau bisa, pakai sepatunya yang gampang dibuka, jangan yang bertali banyak. Bayangkan saja pakaian untuk masuk ke kuil/masjid/gereja gitu. Kenapa bayanginnya masuk ke tempat-tempat ibadah ini? Karena ya memang banyak tempat ibadah di sana. Hahaha. Dan memakai baju yang diterima di tempat-tempat ibadah ini memudahkan perjalanan; jadi nggak mesti ganti baju atau pakai syal/kain tambahan yang disiapkan tempat ibadah tersebut. Syal atau kain penutup yang dipinjamkan tempat ibadah tersebut kemungkinan sudah dipakai ribuan pengunjung dan hanya Tuhan yang tahu kapan itu syal dan kain terakhir dicuci loh. Hihihi. Ada beberapa pejalan yang senang pakai baju nasional dan baju daerah kayak saree atau anarkali saat jalan-jalan di India. Gpp juga, tapi perlu dipertimbangkan, untuk yang berwajah tidak India dan berkulit beda jauh sama orang India, siap-siap aja jadi bulan-bulanan diminta foto bersama. Orang sana sering maksa pas minta foto bareng ya? Enggak sih, nggak maksa. Pengalaman saya, ya mereka minta saja gitu. Sama kayak beberapa orang Indonesia yang suka minta foto bareng bule di Monumen Bom Bali Legian lah. Hehehe. Kalau bersedia, ya tinggal foto bareng. Kalau nggak bersedia, saya biasanya bilang terus terang, “I’m sorry, I’m in a hurry.” trus jalan aja. Itu jujur ya karena saya jarang nolak foto bareng kalau orangnya minta dengan baik, jadi memang kalau pas nolak, itu karena saya memang lagi buru-buru. Kadang, ada juga yang malu atau nggak mau bilang minta foto bareng. Tahu-tahu dia pakai tongsis dan berdiri di depan saya. Pas saya nengok ke layar HPnya, lah ada saya di belakangnya masuk ke layar juga. ISH. Awalnya nggak sadar ada tipe yang mau foto bareng dengan cara begini, lama-lama bukannya oke, saya malah kesal. APA COBA DIFOTO CANDID GITU? Kalau saya lagi ngupil gimana? Kan membawa nama kurang elok bagi negara saya! Seorang turis dari Indonesia tertangkap tangan sedang mengupil di Nahargarh Fort, sebuah benteng bersejarah di Jaipur, India. Berikut bukti fotonya. JENG JENG! Jadi kalau ada yang sok-sokan mau selfie trus saya ngintip ada saya di belakangnya masuk layar; antara dua, antara saya trus senyum ke kamera atau malah kabur. Seringnya saya lakukan yang kedua. Abis, nggak sopan sih! Jangan mau kalau diminta foto bareng! Nanti dipegang-pegang!! Kampung banget orang sana minta foto bareng. Hahaha Pernah ada yang bilang begini ke saya. Nadanya menggurui banget. Pas saya tanya apa dia sudah pernah ke India, dia bilang belum. I rest my case. Foto bareng itu kampung? Bok! Jangan sedih.. Macam di Indonesia orang-orangnya nggak pada suka minta foto bareng bule saja. Kampung enggaknya itu tergantung masing-masing orang ya, tapi faktanya, bahkan di negara kita sendiri, ada yang suka minta foto bareng bule. Hihihi. So, is it okay to say yes and take a pic with them? YES! Saya punya beberapa tips kalau dimintai foto bareng 1— Kalau diminta oleh banyak orang, katakan mau fotonya bareng dalam satu waktu saja. Jadi nggak satu-satu gitu. Selain lebih aman, foto bareng begini juga tidak menghabiskan waktu. Bayangkan kalau ada delapan orang minta foto bareng dan harus satu-satu ya bagaimanaaa? Lamo lah ikoooo.. 2— Usahakan tidak berada di tengah saat foto bareng dengan banyak orang apalagi dengan lawan jenis. Saya seringnya minta saya yang motret dan memegang HP atau kamera yang akan dipakai lalu saya bariskan mereka di belakang dan saya maju 1-2 langkah ke depan dan wefie deh. Hehehe. Jadi kan foto bareng tu, tapi badan saya tidak kena mereka, meminimalisir kemungkinan bersentuhan lah. Kata Mama nggak boleh bersentuhan dengan yang bukan muhrim. Cailah! Atau kalau mau bersebelahan, dibentuk ala foto band saja, jadi ada senjang antar masing-masing orang gitu. Hihihi. 3— Berposelah yang lurus-lurus saja. Tangan ke bawah, paling kepala saja yang agak miring hihihi. Nggak usah pakai merangkul untuk terlihat ramah gitu. Bukan budaya sana juga rangkulan di foto antara perempuan dan laki-laki. 4— Be honest. Kalau sedang tidak bisa melayani permintaan foto bareng duileh ni kalimat bikin saya merasa macam Raisa saja..hihi ya bilang saja jujur tidak bisa. Kalau tidak mau, bilang tidak mau. Tentu dengan tegas dan tetap sopan. 5— Jangan berpenampilan menonjol kalau tidak mau diminta foto bareng. Saya pernah membaca curhatan’ seorang pejalan di sebuah forum jalan-jalan di Facebook yang bilang dia terganggu banget karena sering dimintain foto bareng pas di India. Saya klik lah foto-foto perjalanannya, lalu saya ngekek. Lhaaaaa dia ke Taj Mahal pakai saree, ke Red Fort pakai saree, wajahnya nggak ada India-Indianya acan, ya gimana orang nggak getol minta foto bareng dia cobaaaa.. Yang nggak sehat siapa? 😀 Ada language barrier nggak di sana? pertanyaan dari Mei GeretKoper Ada sedikit tapi tidak terlalu terasa. Hampir semua orang bisa bahasa Inggris dan bahasa Inggris mereka cukup mudah dimengerti. Transportasi umum susah nggak di sana? Enggak juga. Di Delhi, pada perjalanan kedua, saya baru mencoba naik metro dan ternyata Delhi Metro itu sungguh sangat menyenangkan dan reliable untuk digunakan. Harganya sangat terjangkau dan jaringannya mencapai banyak tempat wisata. Ada Woman Only Coach di gerbong paling depan pula. Yang agak menyebalkan dari Delhi Metro hanya satu scanning di setiap pintu masuk! Hahaha. Scanning badannya dipisah antara laki-laki dan perempuan tapi scanning barangnya jadi satu. Itu kalau lagi bawa barang belanjaan banyak ribet banget deh. Hihihi. Selain dengan metro, auto rickshaw disingkat jadi auto/oto atau yang kita sebut bajay itu tersedia di hampir setiap pengkolan. Atau cara lain kalau nggak mau menyetop auto di jalan dan menawar adalah dengan mengunduh aplikasi Ola. Di aplikasi Ola ini, kita bisa pesan auto sama seperti kita memesan Gojek. Lucunya, saat kita sudah bertemu supir autonya, kita harus memasukkan kode pairing’ gitu di aplikasi HP kita. Si Abangnya juga akan pairing’ dengan kode yang sama di HPnya. Hahaha. Biar nggak salah orang kali ya. Harga di Ola ini sudah tertera kayak harga di aplikasi Gojek, sampai di tujuan tinggal kasih uangnya saja deh. Kalau nggak pakai Ola, harus tawar menawar harga. Menawar harga itu wajib, tapi jangan kasar dan sadis banget nawarnya ya. Eh tapi terserah sih, saya emang suka nggak enak hati kalau menawar sadis, suka kepikiran pas naik, apakah saya sudah menzalimi Abangnya? Hihihi. Uber juga tersedia di banyak kota besar di India. Uber di India kebanyakan nggak pakai mobil pribadi tapi kayak taksi khusus gitu. Badan mobilnya putih dengan garis hijau melintang horizontal di bawah jendelanya. Bayar Uber pakai kartu kredit Indonesia saat di India pun bisa dilakukan. Supirnya nggak semua bisa berbahasa Inggris jadi kalau mau stop over agak ribet ngasihtahunya. Tapi bisa dilakukan, hanya harus sabar. Hihihi. Harga makanan di sana bagaimana? Dari murah sampai mahal ada! Saya suka sekali makan street food di India. Pani Puri tu favorit saya. Kalau liat Mamang Pani Puri di pinggir jalan bawaannya laper mendadak, padahal baru makan satu jam sebelumnya. Hihihi. Selalu ada tempat lah untuk Pani Puri. Sekali makan bisa sampai 15 astagfirullah. Makan di restoran harganya sedikit lebih mahal tapi masih terjangkau. Mau makanan yang lebih mahal dan tingkat atas, bisa ke restoran fine dining atau ke hotel bintang empat atau lima. Karena kalau bintang tujuh, nanti pusing dooong. *yah…joke lawas* Makanan di sana jorok-jorok ya? Nggak bersih ya? Bikin sakit perut nggak? Guys, may I remind you WE’RE INDONESIAN!! Hihihi. Macam makanan di Indonesia sudah yang paling bersih saja deh. Makanan jalanan di Indonesia juga campur debu, sinar matahari, plastik, tinta printer, juga kadang tinta koran. Wkwkwkwk. Kedai pinggir jalan di Indonesia juga banyak yang sebelahan sama kandang ayam atau toilet. Saus di makanan pinggir jalan di Indonesia juga banyak yang pakai saus ala-ala yang terbuat dari cabe dan tomat busuk. Pada dasarnya, sama seperti di Indonesia, believe your gut when you want to eat outside. Be it street food or not. Puji Tuhan saya nggak pernah sakit perut, nggak pernah kena Delhi Belly. Tapi bahkan untuk Pani Puri pun, saya lihat banget penjualnya karena Pani Puri tu dibuat pakai tangan. Jempol Mamangnya harus mecah kerupuknya untuk kemudian memasukkan tumbukan kentang, abis itu kerupuknya dicelup ke saus asam pakai tangan juga tentu, nah kalau sekiranya Mamangnya bukan tipe yang bersihan, saya ya nggak beli. Hehehe. Kalau makan di restoran apalagi fine dining sudah pasti bersih lah ya.. KATA SIAPAAAA?? Bossnya teman saya, hanya mau makan di hotel dan restoran kelas atas di Delhi, pas di hari ketiga di India sakit perut parah sampai nggak bisa pergi-pergi. Hehehe. Atau teman satu hostel saya yang koar-koar dia cuma akan makan dari restoran atau mie instan demi menghindari sakit perut ya akhirannya malah sakit perut. 🙁 Jadi kembali lagi, soal makan, believe your gut, and put a positive suggestion to your body. Kan masing-masing tahu kadar dan jenis makanan yang bisa diberikan ke tubuh. Kalau sudah ragu, mending jangan. Karena kata Oprah, doubt is don’t. Berlaku juga saat menentukan mau bilang iya apa enggak untuk pinangan si dia ya. Ingat!! Doubt is don’t yaaaa. Hihihi. Pernah merasa takut nggak pas jalan-jalan di India? Pernah. Pas saya ke bandara Amritsar di pagi buta naik auto karena nggak ada taksi yang mau mengangkut saya sama sekali dikarenakan kabut yang sangat pekat dan kemudian Abang auto meninggalkan saya di sebuah jalan yang katanya menuju pintu bandara tapi saya nggak bisa lihat apa-apa selain bias lampu yang jatuh ke kabut yang tebal, itu saya agak merasa takut. Pas saya di Gulmarg sendirian dan diikuti belasan Abang Tukang Kuda di belakang sampai masuk-masuk ke hutan, itu saya takut. Baca disini Solo Trip ke Kashmir, Aman Tapi Bikin Kantong Jebol Pas saya mau naik gondola sendirian di tanah antah berantah, itu saya takut. Banyak juga kan saya takutnya. Tapi ya kembali ke pernyataan awal lagi. Saya percaya selalu ada orang baik dan orang jahat dalam sebuah komunitas masyarakat. Jadi ya percaya saja sama karma baik diri sendiri dan stay positive. Percaya juga Tuhan akan lindungi. Di saat yang sama, tetap alert. Waspada sama sekitar. Agak abstrak ya, tapi ya abis bagaimana, percaya nggak percaya ya memang begitu adanya. Hehehe. Lagipula, kalau mengedepankan rasa takut, kita nggak akan ke mana-mana lho. Cailah Bulan kayak orang bener saja ngomongnya begitu. Kayaknya sekarang sebegini dulu deh kumpulan pertanyaan dan jawaban tentang jalan-jalan ke India ya. Kalau masih ada yang mau ditanyakan, silakan lho di kolom komentar, nanti saya jawab langsung dan mungkin kalau banyak pertanyaan yang belum terwakilkan dalam post ini, akan saya buat post lanjutannya. Sedaaap!!Semoga membantu meyakinkan diri Teman-teman yang mau ke India ya. Khususnya Teman-teman sesama perempuan. India itu indah, misterius, dan bikin salty, in a mysterious way. Kalau memang suka dengan budaya, warna, keanehan HQQ, dan ingin bersyukur untuk hidup yang selama ini dimiliki, datanglah ke India. ah, dari tadi sudah sudah terus tapi nggak berhenti-henti. Sekarang saatnya kuberhenti! Wabillahitaufik wal hidayah. Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.. semoga benar tulisannya.Senyum dulu ah.. 🙂
- Bujet tiap orang tentu berbeda. Untuk bisa menikmati berbagai pengalaman India seutuhnya disarankan untuk tidak terlalu mengirit misalnya, cari tempat wisata yang gratis saja. Pilihan akomodasi juga tak boleh sembarangan, utamakan keamanan. Berikut perkiraannya Andy Kristono Konsultan Desain, Surabaya, yang baru saja liburan ke India. * Pilih penginapan sekelas hotel bintang 2 atau 3.* Sempatkan naik kereta First Class 1AC supaya bisa merasakan layanan kelas satu untuk kereta api di India. Nyaman, ada makan malam dan sarapan, plus wifi on board.* Menyewa mobil Tata Winger yang cukup untuk 6 orang sehingga kita dapat beristirahat selama perjalanan antarkota.* Selalu makan di restoran/depot kecil yang kelihatan higienis.* Menikmati wisata-wisata khas India meski berbayar. Misalnya, naik gajah dan tari India. Itu nggak bisa dinikmati di tempat lain lho. Perkiraan BiayaPesawat Surabaya–Kolkata PP promo AirAsia Rp pesawat Indigo Kolkata–New Delhi Rp kereta First Class New Delhi–Kolkatta Rp on Arrival VOA Rp INR mobil 4 hari per orang Rp INR mobil dan tur di Kolkatta per orang Rp INR sekamar berdua Rp card Metro Delhi terusan Rp INR 150Tuktuk per orang Rp INR 200Guide per hari dibagi 6 orang Rp Show per orang Rp gajah di Amber Fort per orang Rp Makan per orang selama 7 hari Rp Biaya Total Sekitar Rp 8 Juta Keterangan 1 INR = Rp 208,3* Terkini
Pengalaman warganet jalan-jalan traveling ke India selama 10 hari cuma habis 5 jeti. Mungkin terdengar absurd dan gak mungkin bin seolah tak percaya dengan bajet 5 juta bisa jalan-jalan di India selama 10 hari. Warganet Windriyanti Hawadis membagikan pengalamannya di grup facebook Backpacker International pada tanggal 8 Agustus 2018. Mulai dari tips berburu tiket murah, hotel backpaker serta hal-hal lain yang bisa bikin hemat selama di Tanah Hindustan tersebut. Monggo disimak mantemans … Unexpected India, 10 hari dengan budget 5 Juta ALL IN !!!! Hai teman-teman BI, mau sharing backpackeran ke India awal Juli kemarin nih. Berbekal sisa uang gajian yang udah bener-bener tanggung bulan banget eh ada promo penerbangan Jakarta-Jaipur PP cuma juta. Ya apaboleh buat, sisa uang tanggung bulan ludes begitu aja demi explore negara yang unexpected ini… INDIA~ Bermula dari bulan April, ada penerbangan yang ngasih promo gak tanggung-tanggung murahnya dan mendapatkan tiket PP Jakarta-Jaipur PP cuma Juta rupiah dan saya pun memilih terbang di awal Juli. sebenernya udah nungguin promo dari bulan Januari karena mau dateng ke India pas hari Holy bulan April tapi ya apaboleh buat, dewi fortune datang dibulan Juli. Oiya saya juga sudah pesan tiket dan lagi-lagi dapet tiket murah penerbangan dari New Delhi-Mumbai-Mumbai-Jaipur dengan total 850an. Saya pergi berdua dengan teman saya dan kita cukup puas karena menclok dibeberapa kota di India. 10 hari kita bisa ke Jaipur-Agra-New Delhi-Mumbai-Jaipur. Wow sangat menclok-menclok ya. Masih mupeng buat cuss ke Leh Laddakh, tapi karna jatah cuti pun terbatas cukup itu dulu aja explorenya. Kaya gimana perjalanan kita selama sepuluh hari dengan total uang 5 juta ALL IN ? ini dia itinerarynya 03 Juli 2018 Nah, sebelum berangkat pastikan Visa jangan lupa. Beruntung banget nih bisa pergi di bulan Juli ini, kenapa ? karena e-visa GRATISSSSSSSSSSSS!!!!! Seusai PM India, Narendra Modi berkunjung ke Indonesia dan melakukan beberapa kerja sama, visa ke India dibebas biayakan alias GRATISSSS!!! sambil menunggu 2022 dimana India bebas visa. GOOD! padahal sebelumnya saya cek harga visa ke India sekitar lumayan save money, rite~ sok atuh langsung aja yang mau pergi kesana bisa di klik link disamping TIPS VISA INDIA INI MUDAH KOQ APPLYNYA DAN TIDAK LAMA PROSESNYA, KEMARIN SAYA CUMA 3 HARI UDAH DAPET BALESAN EMAIL. TAPI KALO TAKUT DITOLAK-TOLAK BUAT 2 MINGGU SEBELUM BERANGKAT YA. 11 Juli 2018 0500 CGK menuju Malaysia Cus to Jaipur transit di Malaysia, lumayan lama euy transitnya jadi kita jalan-jalan sebentar di KL 1700 KUL to Jaipur Lumayan penerbangan 5 jam, tadi sudah diisi dulu perut selepas jalan-jalan di KL TIPS Buat yang naik penerbangan low budget coba deh sebelum terbang download film-film Favorite atau bawa buku buat killing time. ya yang doyan tidur, monggo 2230 YEAYYYYYY sampe Jaipur… nanggung kan udah malam, males juga nyari penginapan malam-malam. Btw, kita selalu dadakan nyari penginapan hahahaaa… dan berhubung sudah malam, lekaslah kita bobo cantik di Bandara alias nginep. 12 Juli 2018 0800 Cuss ke Agra nah kita emang gak langsung main di Jaipur, karna ujung-ujungnya kita balik lagi kesini jadi ubek-ubek Jaipurnya kita taro di hari terakhir. Selepas bangun dan mandi di Bandara, kita cus langsung ke stasiun kereta Jaipur untuk menuju Agra. Kita memilih naik kereta ekonomi sleeper class super fast dengan lama perjalanan 4-5 jam biar ngerasain sensasinya kaya di film-film India lama. Jam 1300 kita cuss. Wah beneran dong ini gerbong sleeper class gokil banget. Harga tiket kereta Jaipur-Agra, 180inr atau sekitar PALING ENGGAK HARUS SEKALI NGERASAIN NIKMATNYA NAIK KERETA INI, SEKALI AJA! Sekitar 1700 kita sampai deh di Agra, Tiba di stasiun Agra, kita istirahat sebentsr sambil booking hostel. Yuhu kita dapet hostel murah saja, dekat dengan Taj Mahal 1km dengan harga Private room Queen Size-Kamar mandi Dalam-AC dengan harga sekitar 900indr atau 200rb/malam dua orang. Kita booking dua hari. Urusan hotel beres, kita langsung cus ke penginapan menggunakan Tuk Tuk. Stasiun Agra to Hostel dengan biaya 75inr atau sekitar TIPS BERANI NAWAR TUKTUK!!! jangan mau dibohongin ya, kemarin itungannya 1 km 10inr ya… winkkkkkk angin masuk dari berbagai arah, ademmmm hahahaha. CEK DULU DI MAPS JARAKNYA. 13 Juli 2018 JUMATTTT!!!! lupaaa kalo Taj Mahal tiap jumat tutup. ASTAGAAAA… jangan panik, main aja ke Red fort dan Taj Mahal Backside. sekalian mau tau jalan-jalan sekitar di Agra, maki kami memutuskan main di Red Fort dan Taj Mahal Backside serta keliling Agra. Lagi-lagi kita menggunakan tuk tuk. Hostel-Redfort cuma 5Km 50-60inr atau sekitar Rp Nah sampe di Red Fort, wihhhhh disambut dengan Fort yang sangat megah ini gak sabar masuk. Nah ini dia, Tiket masuk setiap tempat wisata di India lumayan jauh perbandingannya antara Foreigner dan lokal. MAsuk redfort kena biaya 500inr atau sekitar untuk foreigner sementara 50inr atau sekitar WOW KAN hahahaha. selepas main di redfort kita cuss ke Taj Mahal Backside, tiket masuk 200inr atau sekitar TIPS Tajmahal backside ini terkenal sunsetnya, nah coba cari hari baik supaya dapet sunset yang ciamik. kemarin saya belum beruntung hehehe. 14 Juli 2018 0800 YEAY!!! FINALLY TAJ MAHAL…. Assalammualaikum, Masya Allah bagus amat ya ini 7 wonders yang kemarin-kemarin cuma saya liat di buku RPUL ahahahaa… decak kagum bengong dan gak tau mau ngomong apa. kalian liat aja sendiri ya kalo main kesana nanti. tiket masuk masuk foreigner 1000inr atau sekitar 1200 CUSSSS KE NEW DELHI lagi-lagi kita naik kereta sleeper class untuk menuju New Delhi. MAsih harga yang sama 180inr atau sekitar lah, lama perjalanan masih 5-6 jam 1800 Sampai di delhi Wihhhh rada berbeda dari Agra ya, lebih rameeeeee gilaaaaaaa…. lagi dan lagi sejenak di stasiun dan searching hostel. nah kali ini harga hostel di New Delhi lebih mahal, ya namanya juga Ibu Kota ya, yaudahlah ya. Hostel 600inr atau sekitar dua malam DORMITORY MIX 4. 15 Juli 2018 CUSS Mumbai Gak begitu explore banyak new delhi, kita cuss ke Mumbai dengan pesawat penerbangan malam jam 2200. penerbangannya cuma 2 jam dan karna lagi dan lagi sampai di Mumbai malam,maka bermalam lah kita di Bandara. HAHAHA 17 Juli 2018 1000 selepas kita booking hotel, kita langsung cuss ke Hostel. sepanjang perjalanan cuma berfikir kenapa ini sama kaya Jakarta ya pemandangannya. Welcome to Metropolitan City! hahahaa persis kaya di Jakarta. Nah kali ini kita mencoba naik TAXI nya di INDIA yang kaya di film-film itu loh warna kuning hitam. lucu deh. ada dua pilihan ada AC dan Non AC. kita mah pilih non AC lah. Bandara to Hostel by Taxi 360inr atau sekitar Hostel kita dipinggir kota Mumbai, untuk ke pusat kota kita naik commuter linenya India. murah cuma inr30 atau sekitar sekali jalan. Selepas makan kita istirahat di hostel sebentar, kita langsung cuss main ke pusat kota Mumbai sekalian main di Gateaway of India, Taj Mahal Palace serta menengok bangunan-bangunan peninggalan eropa yang cantiknya bukan main. Nah jangan lupa nyobain street foodnya India ya, murahhh murahhh semurah-murahnya. HAHAHAHA 18 Juli 2018 Lagi-lagi nginep di Bandara…. pesawat kita baru jam 05 pagi besoknya… selamat malam 19 Juli 2018 0900 YEAYYYY DI JAIPUR LAGI Yuk kita explore Jaipur… langsung menuju hostel, kita mencoba naik uber disini. ternyata gak mahal juga cuma sekitar 180inr sekitar menuju hostel. WIHHH HOSTEL KITA KALI INI DI JAIPUR sangat amat tentram dan damai ditambah murah bukan main. Kita dapet private room+AC tapi kamar mandi sharing cuma dengan harga malam/dua orang. karna kita cukup capek, hari ini gak kemana-mana dulu istirahat total hahahaa.. 20-21 Juli 2018 HAWA MAHAL THE PALACE Amber Fort Jal Mahal PAsar cari Oleh-oleh lupa euy namanya NOTED BUAT KALIAN KAUM HAWA~ ini sih sharing aja ya, karna sepengalaman saya dan sotoynya pikiran saya , pikiran laki-laki disini masih rada kolot. jadi buat kalian kaum hawa yang nanti mau jalan-jalan kesini jangan mau asal di colek atau dipegang-pegang sama laki-laki sini. kalo mereka nyolek-nyolek kita harus bilang secara lantang “dont touch me” biar mereka lebih menghormati kita. Banyak laki-laki disni atau orang lokal disini yang mengajak foto bareng itu kebebasan kita mau atau tidaknya. tapi inget kalo dicolek dan ngerasa gak nyaman tinggal teriak “DONT TOUCH ME”. selepas itu mereka lebih respect ke kita. TRUST ME, IT WORKS! hehehehe. BUT, INDIA AMAN KOQ BUAT TURIS 🙂 Begitulah cerita kita di India. lumayan dapet cuti sejenak dan ubek-ubek beberapa kota di India. Tapi saya masih ngerasa kurang untuk ubek-ubek India. bahkan berniat kembali lagi nanti. Maav ya kalo ceritanya lebay hahahaa.. segitu dulu sharing-sharingnya… Thank You . . *Kira-kira Rincian Biaya ada di Gambar* Biindia Biagra Bijaipur BIMUMBAI BINEWDELHI — di India. *** Hingga tulisan ini diketik postingan diatas sudah ditanggapi lebih dari 1k dari warganet. Beberapa warganet yang sudah pernah ke India juga memberikan testimoninya. “Kangen India, tiga kali kesana mentok kebanyakan di Delhi dan Mussorrie urusan keluarga mudahan bisa eksplor lebih dalam suatu saat. India memang menarik.” tutur Maria Seda. Fabianzo Jonas juga mengamini cerita diatas. “India memank tdk pernah hbis ceritanya. Saya tetap suka meski orang bilang juara joroknya hahaha. Will be back soon ” tegasnya. sumber fb Backpaker Internasional Maturnuwun baca juga
Saya sudah tiga kali plesiran ke India, boleh dong congkak? Yeeekaaaan Yaaadooong *kibas poni*. Kalau nggak ada aral melintang, nanti lebaran mau ke sana lagi ah. Mudik ceritanya. Alih-alih mudik, sebenarnya mau kabur saja dari suasana lebaran di rumah. Biar nggak ada yang nanyain “kapan kawin?” Bhuahahahahaha. Nah sebagai Anaq Gawl India yang berpengalaman jalan-jalan di sana, neh saya tuliskan “Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan sebelum Jalan-jalan di India”. Semuanya berdasarkan pengalaman saya pribadi. Langsung saja cekibroooooooooooot!!! Visa Saya asumsikan kamu sekalian sudah punya tiket pulang pergi ke India. Jadi tinggal mengurus visa India saja. Loh katanya India sudah bebas visa untuk Warga Negara Indonesia? Yes memang benar, tetapi kita masih wajib apply visa India secara online. Dan kolom pembayaran sudah ditiadakan. Kzl khan? Aku tiga kali ke sana masih bayar visanya huvt. Visa akan diemailkan ke email kamu ketika sudah disetujui, nah itu dicetak dan tinggal kasihkan di imigrasi di sana. Cetaknya A4 atau folio saja, jangan sampai dicetak 16R jumbo, apalagi sampai kamu pigura segala. Ingat yak! Apply visa India dulu sebelum berangkat, jangan sampai enggak. Karena pernah ada kejadian ada yang berangkat ke India tanpa punya visa, otomatis ditolak berangkat oleh maskapai. Dia hanya berpegangan pada informasi “India bebas visa”. Kapan harus apply visa India? Meski di website tertulis prosesnya 2×24 jam hari kerja. Alangkah baiknya mengajukan dua minggu atau sebulan sebelumnya. Pengalaman pribadi pernah lima hari sebelum berangkat, dan sebulan sebelum berangkat. Seorang kawanku malah parah, sudah seminggu apply belum juga approve. Dan besoknya dia harus berangkat ke India. Otomatis dia kejang-kejang galau. Beruntung, dalam perjalanan ke bandara dia terima email kalau visanya disetujui. Kalau kamu nggak mau sport jantung hanya karena nungguin visa disetujui. Ajukan lebih awal. Oh ya untuk website resmi pengajuan visa India secara online bisa klik tautan di sini. Jangan salah yak! Karena banyak yang scam juga. Panduannya klik di tautan di sini. Uang Saku Nggak usah khawatir bangkrut di India, di sana super murah. Sekali makan sekitar 10-20k. Penginapan dari mulai yang busuk sampai yang mewah ala sultan. Transportasi juga murah kalau mau benar-benar merakyat. Tersedia pilihan first class yang super duper layanannya sampai yang kelas rakyat. Meskipun saya keturunan sultan, saya lebih suka tidur di hostel yang murah-murah, dan banyak pakai transportasi umum, biar merakyat bhuahahaha. Yang bikin bangkrut justru tiket masuk tempat wisata yang digetok 10 kali lipat, bahkan 20 kali lipat harganya dari orang lokal. Kalau orang India sendiri bayar 6000 perak, kamu harus bayar 50k. Tiket masuk ke Taj Mahal saja sudah cukup menguras kantong. Kenapa? Nggak usah tanya. Begitulah perasaan para bule yang masuk ke Borobudur dan Prambanan, atau Taman Nasional Bromo. Mereka digetok lebih tinggi daripada kita yang orang lokal. Untuk tukar mata uang Rupee bisa tukar di money changer sebelum berangkat. Saya lebih suka tarik ATM di sana. Kartu debit yang pernah saya pakai adalah CIMB Niaga, BCA, hingga BNI. Asal di kartu debit kamu ada logo Visa, MasterCard, atau Cirrus. Kartu debit berlogo GPN nggak bisa dipakai narik duit di luar negeri. Untuk biaya tarik duit bisa tanyakan ke bank masing-masing. Makanya kalau narik sekalian yang banyak biar nggak kena biaya lagi. Buat jaga-jaga bisa bawa dolar saja. Bayangkan kalau kamu nggak bawa duit sepeserpun, terus ATM bermasalah. Dan saya pernah bhuahahaha. Makanan Memang benar harga makanan di India murah, yah gimana nggak murah kalau yang dijual makanan vegetarian. Kalau mau makan daging kambing atau ayam banyak juga kok yang jual di rumah makan muslim, atau restoran dengan tulisan NON VEG. Nggak usah khawatir urusan halal haram di India. Yang jadi masalah adalah kalau lidah dan perutmu susah menerima makanan India. Saya pribadi sehari, dua hari, sampai tiga hari, okelah makan kari India. Empat hari seterusnya sudah mulai eneg dan mual. Makanan di sana itu pedesnya nendang banget, dan karakter makanannya juga cenderung asam. Buat kamu yang lidahnya manja bisa bawa bekal dari rumah seperti dendeng kering, saus sambal sasetan, boncabe, kering tempe, kering kentang, jangan bawa jiwa yang kering dan gersang. Halah. Dan makanan kering lainnya yang menurutmu bisa dibawa bekal. Thali Set Nasi nggak susah kok dicari di sana, rata-rata semua menyediakan nasi. Jangan berharap nasinya cocok dengan lidah nusantara yang terbiasa makan nasi punel. Nasinya pera banget, sudah nasi putih rasanya tawar, kayak makan kerikil. Masih mending nasi biryani yang dimasak pakai bumbu dan berminyak. Fish Thali Namun yang namanya plesiran kurang afdol kalau nggak nyicipin makanan orang-orang sana. Kalau masuk restoran dan nggak ngerti harus pesan apa, mintalah menu. Sudah lihat menu dan nggak ngerti juga harus pesan apa karena asing? Biasanya ada Dosa, isinya hanya roti yang dimakan dengan Dhal semacam sup kacang. Ada juga Masala Dosa, sudah dosa bermasalah lagi. Sama kek Dosa, cuma ditambahi kentang. Terus ada juga Thali set, ini lebih komplit lagi. Terdiri dari nasi dan roti paratha. Cocolannya bermacam-macam, mulai dari Aloo Gobi kentang, Dhal, Sambar, dsb. Thali sebenarnya masakan India Selatan, tetapi umum ditemukan di mana-mana. Kalau mau irit ya pesan roti paratha udah plus cocolan kari. Saya pernah nyobain Idli, roti kayak apem putih bersih, rasanya? Anjiiiiiiiiiirrr kecut bangeeeeeeett. Ternyata dibuat dari beras yang difermentasi. Umumnya dimakan saat pagi hari. Idli Kalau minuman kamu wajib nyobain Lassi semacam yoghurt dicampur rempah, banyak dijual dengan berbagai rasa buah-buahan. Chai atau teh, kalau kamu mungkin familiar dengan teh tarik. Wajib coba di India, bahkan Chai di pinggir jalan pun rasanya enak. Minuman jalanan lainnya semacam es tebu rasanya beda banget dengan yang di sini. Banana milkshake dan Mango Milkshake juga jadi menu favorit saya di pinggir jalan. Sanitasi Sudah bukan rahasia umum kalau di India katanya kumuh. Beberapa tempat so-so-lah dengan negeri sendiri. Tetapi toilet umumnya emang parah. Orang pipis sembarangan di tembok-tembok juga banyak. Bahkan yang boker sembarangan pun ada wkwkwkw. Bau pesing sampai bikin pusing, hingga bau busuk ketek orang di MRT juga ada bhuahahaha. Jangan khawatir, di tempat wisata bersih kok. Cari penginapan yang bintang dua ke atas jika nggak mau kena zonk kamar mandi. Hostel-hostel dormitory yang saya inapi pun sudah layak dan bersih, bahkan beberapa melebihi ekspektasi. Yang perutnya menye-menye manja, jaga makanan yak. Gak usah sok-sok-an jajan di jalan. Mending beli air kemasan saja kalau nggak mau diare. Kalau perutku sih kebal, jajan di jalanan juga nggak takut. Minum air pun kadang isi di beberapa kran air minum yang disediakan di tempat wisata. Cuma terakhir kunjungan ke India saya diare di hari-hari terakhir. Bukan karena makanan, tetapi karena daya tahan yang menurun. Waktu itu musim panas, tiap hari kepanasan, makan jarang karena nggak selera saking panasnya, minum air dan jus mangga melulu. Alhasil mencret dalam perjalanan enam jam di atas kereta dari Udaipur menuju Jaipur. Bayangkan betapa tersiksanya saya. Sudah toilet nggak ada air, beberapa kali boker hanya keluar air saja. Tisu basah saya sampai habis buat cebok bhuahaha. Jadi obat diare dan tisu basah wajib bawa untuk jaga-jaga. Colokan Listrik Hal sepele tetapi penting yang sering terlupakan adalah colokan listrik. Kayak kamu yang selalu terlupakan oleh gebetanmu, padahal kamu sudah sangat care. Pret! Setiap negara berbeda-beda colokan listriknya. Kalau di India colokannya lucu, ada 5 lubang. Jadi gimana dong? Sebenarnya pakai colokan dua pin yang umum di Indonesia bisa masuk, tetapi agak longgar. Pakai colokan tiga pin juga bisa. Sebisa mungkin bawa universal travel adapter deh, beli di toko online murah kok. Bisa dipakai di berbagai negara di dunia. Daripada sudah jalan jauh-jauh terus nggak bisa isi daya listrik kamera dan handphone. Rugi nggak bisa foto-foto. Pernah saya kelupaan bawa travel adapter waktu ke Filipina, semua gadget dayanya habis. Jadilah seharian saya nyari toko peralatan elektronik buat beli adapter. Ngeselin dan ngabisin waktu. Internet Selama perjalanan saya keliling luar negeri, nggak pernah saya beli kartu lokal untuk internetan di sana. Lebih suka mengandalkan wifi gratisan di hotel atau tempat-tempat umum. Pokoknya lost connection deh kalau di jalan. Saya benar-benar bisa menikmati perjalanan tanpa terdistraksi notifikasi sosial media. Sayangnya di India agak susah menemukan tempat umum dengan wifi gratisan. Nggak kayak di Indonesia, kampungku saja di tiap warung kopi bisa wifian secara gratis. Kalau kamu niat beli kartu SIM lokal di India, percayalah tidak mudah. Dan prosesnya sungguh rumit. Kalau kamu punya kenalan orang India, mungkin bisa membantu kamu. Atau kalau mau sewa portabel wifi sebelum berangkat. Kalau saya sih ogah, jalan sendiri dan sehari 150k. Bangkrut aku kalau jalannya seminggu. Kalau ramai-ramai masih enak bisa patungan. Memang internet bisa membantu kamu hemat transportasi di India, sebab bisa instal OLA. Semacam Go-jeknya India. Bisa pesen bajaj sampai taksi tanpa harus ngotot menawar. Nggak internetan seminggu di India pun saya masih bisa survive. Terus kalau nyasar gimana? Kan butuh Google Maps dan koneksi internet. Beruntung saya dilahirkan dengan otak cerdas dan nggak gaptek bhuahahaha. Zaman sekarang Google Maps bisa diunduh peta offlinenya. Atau bisa install Osmand. Favorit saya justru Tinggal unduh area tujuan, tanpa koneksi internet dijamin nggak bakalan nyasar. Bagaimana jika kamu tidak bisa terputus dari internet? Alternatifnya kamu bisa beli paket roaming atau sewa travel wifi dari Indonesia. JavaMifi menawarkan koneksi internet cepat di beberapa negara termasuk India. JavaMifi bisa tethering sampai 5 gadget sekaligus, jadi jika jalan rame-rame bisa patungan yang bisa menghemat ongkos. Baterainya juga awet sampai 15 jam. Untuk sewa bisa langsung ke Transportasi Transportasi di India yang kelas rakyat itu murah banget. Kalau punya nomor lokal dan ada internetnya bisa instal OLA. Di kota besar semacam Delhi dan Mumbai ada MRT atau Subway. Yang agak susah di Agra dan Jaipur. Kalau nggak punya OLA kudu pinter nawar harga bajaj. Ada bus kota, tetapi susah juga kalau nggak ngerti rutenya. Untuk pindah antar kota bisa naik kereta api yang tiketnya bisa dipesan di website resminya. Bisa dipesan 60 hari sebelum keberangkatan, tetapi beberapa rute bisa dipesan 30 hari sebelumnya. Karena kereta api di sana adalah transportasi masal idola masyarakat. Jadi untuk kelas rakyat alias sleeper selalu penuh kursinya. Makanya jangan mepet pesennya. Kalau kamu pesen yang first class kemungkinan besar dapat kursi. Mahal memang, tetapi dapat makan. Kalau pesen yang sleeper saya rekomendasikan untuk pilih upper berth alias kasur paling atas. Panduan serba-serbi kereta api di India bisa baca di tautan ini. Scam India gudangnya scam, hampir di semua kota ada. Mulai dari tukang bajaj yang ngegetok harga. Sampai orang-orang yang ngaku suci di tempat ibadah. Kadang udah deal harga sekian, pas bayar minta lebih. Alasannya nggak ngerti Inggris. Disamperin siapa aja dan diguide gratis, ujung-ujungnya minta duit. Jadi apa jurusnya kalau kamu ketemu orang-orang resek kayak gitu. Mulai sekarang belajar bentak orang deh, belajar ancam orang dan bilang mau lapor polisi, belajar jadi raja tega. Saya pernah dipaksa beli souvenir dan orangnya mengiba-iba “We both moslem bro, you should help me, buy this souvenir bla bla bla”. Saya nggak mau dan dia ngotot minta sumbangan. Heeeeeeeh codot dalam ajaran agama ada yang namanya ikhlas, kalau saya nggak mau ngasih yasudah jangan dipaksa. Enyah kau dari hadapanku, pakai jual agama segala. Penjaja souvenir ataupun penyedia jasa transportasi biasa agresif banget. Kalau kamu terbiasa dengan pedagang souvenir di tempat wisata Indonesia yang agresif. Di India lebih agresif lagi. Anak-anak kecil apalagi yang suka mepet-mepet dan pegang-pegang. Kalau masih selow saya biasanya bilang nahin baca nehi untuk menolak. Kalau dibilangin nggak pergi juga dan masih maksa, saya naikin nada suara dan menghardik “NAHIN TUM JAO”. Terus kalau ada yang pegang-pegang tangan saya bentak “HAATH CHHODO MUJHE” bacanya hat coro mujhe. Terus kalau berani kamu maki-maki dia sambil teriak “SAALE KUTTE KAMINEY”, dijamin kamu bakalan digebukin banyak orang bhuahahaha. Riset dan Riset Banyak-banyakin googling deh dan cari informasi tentang India. Mulai dari tiket masuk berapa, jam buka dan tutup tempat wisata. Nggak lucu kan kamu di Agra pas hari Jumat terus berangkat ke Taj Mahal. Ya pasti gerbangnya ditutup rapat. Cari tahu jarak antar kota, berapa lama durasinya, turun di stasiun mana. Di Agra ada dua stasiun, di Delhi ada tiga stasiun. Salah milih stasiun nggak akan keluar jadwal keretanya. Atau berangkat ke stasiun pasti akan ketinggalan kereta. Dan jarak antar stasiun itu nggak dekat, ditambah macet. Puyeng kan hahahaha. Keamanan Pertanyaan paling umum “Jalan-jalan ke India aman nggak?” Sesungguhnya tidak ada tempat di dunia ini yang benar-benar aman dari segala musibah dan bahaya. Diam di rumah saja bisa tiba-tiba gempa dan mati tertimpa atap. Mandi di Jacuzzi mahal bisa kepleset dan kejedot terus gegar otak. Memang jalan di India waspadanya harus waspada kuadrat dari biasanya. Bukan berarti India nggak aman, selama perjalanan saya nggak pernah mengalami hal buruk. Kecuali hampir kecopetan di grepe-grepe di MRT di Delhi. Pelecehan seksual juga nggak pernah mengalami, hanya pernah diajakin ML sama mas-mas bewok di stasiun Chittorgarh. Mungkin saya cowok bisa bilang begitu, bagaimana dengan cewek? Di perjalanan saya ketemu dengan banyak traveler cewek dan mereka solo alias sendiri. Mereka lebih ekstrem karena berencana atau sudah jalan-jalan di India selama tiga mingguan. Dan mereka aman. Logikanya kalau ada dua jalan bercabang, yang satu gelap dan yang satu terang benderang. Kamu pilih lewat jalan yang mana? Simple as that. Ke India itu menyisakan dua kesan, kamu akan benci banget atau kamu akan cinta banget. Selamat jalan-jalan dan berpetualang ke India.
The phrase "the journey is the destination" was made for India. When crossing the subcontinent, every step of every journey is filled with sights, sounds and sensations that will consume your senses and shake up everything you thought you knew about travel. Traveling by road might seem a particularly ambitious proposition. Driving on highways that throng with handcarts, cattle, camels, monkeys and people requires nerves of steel and the patience of a Buddhist master. But a road trip in India is perfectly possible if you pick your routes – and your vehicle – wisely. The first thing to know is that you don’t need to drive yourself. Hiring a car with a driver is easy, and in the foothills of the Himalayas, you can hire "jeeps" with drivers who are quite happy to power over mountain passes on tracks only marginally wider than their vehicles. With the hassles of navigating India’s hectic roads, many travelers opt to explore India by motorcycle or bicycle – a self-drive experience that will immerse you deep in the rural communities that a lot of visitors pass by. So grab your sense of adventure and get ready to hit the road with this guide to the best road trips in India. Discover the world's most intriguing experiences with our weekly newsletter delivered straight to your inbox. 1. India’s Golden Triangle Best for Mughal monumentsDelhi–Delhi; 1120km 690 miles; allow 5 days Short and sweet, the loop from Delhi to Agra and Jaipur packs a lot of wonders into a few days of driving. Begin the adventure in Delhi, where the ruins of eight cities tell the story of India’s greatest Islamic empires. Hit the city's highlights, including Red Fort, Humayun’s Tomb, the Jama Masjid and the bazaars of Chandni Chowk, which have changed only superficially since Shah Jahan’s time. With your own vehicle, it’s easy to swing by the sacred cities of Mathura and Vrindavan, where Krishna frolicked with milkmaids in the Hindu epics. After these peaceful stops, steel yourself for a mix of the stressful and sublime in Agra, where the glorious Taj Mahal more than lives up to its reputation, as compensation for the hassles and scams. Find more Mughal magnificence at nearby Fatehpur Sikri, the abandoned city founded by Akbar. Once you follow NH21 to Jaipur, you’ll share every fort, palace and mystical observatory with a crowd, so make the most of your experience with a detour. Detour Before zooming west from Fatehpur Sikri to Jaipur, consider a detour south to Gwalior, whose beautiful fort is less mobbed than other stops on this circuit. Before you complete the third side of the triangle, tack on one more detour to spot tigers stalking ruined battlements in Ranthambhore National Park before diving back into the urban chaos. Head to Ladakh for a high-altitude road trip in the Himalayas © Sudip Bhar / Shutterstock 2. Manali to Ladakh across the Himalaya Best for Buddhist serenity Manali–Srinagar; 800km 500 miles; allow 10 days You could follow the mountain circuit from Shimla to Ladakh and on to Kashmir by rented "jeep," but we strongly recommend traveling by rented Enfield Bullet motorcycle for the life-affirming drama of pulling over by the roadside to find yourself utterly alone in these high-altitude deserts in the rain shadow of the Himalayas. From the nostalgic hill station of Shimla, with its front-row mountain views, head north to the hippy hill resort of Manali. From here, it’s a two-day slog over the 3978m 13,051ft Rohtang La to Leh, through a landscape plucked straight from the Silk Road. There’s little vegetation and even less shade, and the cold and altitude will hit you like a sledgehammer. Recuperate with trips to Buddhist monasteries and yoga classes in Leh, then hit the road again for a very different take on the Himalayas in Kashmir. The highway west to Srinagar connects a string of ancient Buddhist gompas temples, but as the hills turn from dust-yellow to lush green, the culture shifts from Buddhism to Islam as the minarets of Srinagar loom into view. The Kashmir valley is sometimes troubled, but when it’s calm, the experience of watching Dal Lake appearing slowly through the morning mist from the deck of a houseboat is simply sublime. 3. Rajasthan’s Color Cities Best for desert colorsJaipur–Jaipur; 1630km 1015 miles; allow 10 days Desert driving in Rajasthan is an experience. Mighty fortresses loom dramatically out of the landscape, and you’ll share the dusty highways with camel carts and Rajput old-timers with vividly colored turbans and enormous mustaches. Kick-off in Jaipur – the pink city – touring pink-sandstone palaces, bustling bazaars and the awe-inspiring fortress at Amber. Follow NH48 to the Jain and Muslim pilgrimage center of Ajmer, and duck west to reach famous Pushkar, with its temple-circled lake and legendary camel fair in October or November. Return to NH48 for the rumbling ride to Udaipur, the white city – coiled like a silk scarf around the still waters of Lake Pichola. Dose up on ice-white palaces, then deviate west to the temple-strewn hill station of Mt Abu and veer north. As you enter Jodhpur, you’ll immediately spot the lapis-colored buildings that earned the Blue City its name – the homes of brahmins, priests in the Hindu caste system. Get another blast of Rajput military might at Mehrangarh Fort, then drive west through serious desert country to the sand-yellow city of Jaisalmer, whose fortified walls look almost carved from the desert itself. Close off the loop via Bikaner, where you’ll leave the tourist crowds behind before diving back into the thick of things in Jaipur. Expect the unexpected when road-tripping in India © Dchauy / Shutterstock 4. Hampi and the Hoysalas Best for templesMysuru–Gokarna; 1060km 659 miles; allow 10 days For many travelers, visiting the time-tumbled ruins of the Vijayanagar kingdom at Hampi is the most memorable experience of a trip to India. Start off in Mysuru formerly Mysore, with its mesmerizing markets, fiery vegetarian cuisine and inimitable maharaja’s palace. Rumble north on the backroads to fascinating Sravanabelagola with its naked 17m 57ft statue of Gomateshvara, the first tirthankar spiritual teacher of the Jain religion. The temples keep coming in Karnataka. Slingshot through Hassan to Belur and Halebid, where the temples of the Hoysala Empire represent perhaps the zenith of the Hindu temple-building art. A three-hour drive east will drop you in Karnataka’s capital, Bengaluru, known for its cosmopolitan dining, shopping and nightlife. It’s a long drive to reach Hosapete, leaping off point for the ruins at Hampi. Allow at least two days to explore Hampi’s tumbledown temples and time travel across centuries. Next, duck onto the backroads to reach Badami, where blood-colored cliffs are pock-marked with cave temples. Detour Tack on a side trip to Aihole, dotted with dusty ruins from the ancient Chalukya kingdom, then finish on the beach with some well-earned R&R in Gokarna, part pilgrim-town, part beach retreat. 5. Kolkata to Darjeeling Best for Himalayan views and side treksKolkata–Yuksom; 808km 502 miles; allow 8 days Eastern India is often overlooked by the crowds who surge north from Delhi, but the journey through West Bengal to the foothills of 8586m 28,169ft Mt Khangchendzonga has an epic sense of mission. Start in chaotic, cultured Kolkata, visiting ashrams, temples and architecture reclaimed from the British. Fit in a tour of the tiger-stalked swamps of the Sunderbans before you head for the hills. The journey north takes you past little-visited country towns to cultured Shantiniketan, a university town with a long history of dance, theater and poetry. From here, you’ll strike north to reach the emerald-green tea plantations and delightfully dated grand hotels of Darjeeling, where you’ll likely catch your first up-close views of the Himalayas. To get intimate with the snow peaks, book onto the Singalila Ridge trek or edge even closer to Mt Khangchendzonga by picking up a permit for Buddhist Sikkim. A route through Kalimpong, Gangtok and Pelling will reveal the kinds of views that make mountaineers itch for their ice axes. To cap it all off, you can get within touching distance of the snows on the trek to the Goecha La from Yuksom. Head south from Mumbai for the ultimate drive down to Goa © Neil Emmerson / Getty Images 6. Mumbai to Goa Best for beachesMumbai–Palolem; 650km 404 miles; allow one week Short journeys don’t mean scrimping on excitement in India. From brash and brilliant Mumbai, pick up NH66 and head south, detouring down to the coast to explore fascinating forts such as Murud-Janjira, a legacy of centuries of conquest. Pull into the low-key seaside resorts at Ganpatipule and Malvan before you hit the busy beaches of Goa. As you roll into northern Goa, swing by the famous market in Anjuna and the fun-filled beach hubs at Baga and Calangute. Onward to Panaji, Goa’s charming Portuguese-colonial capital, and the timeworn basilicas of Old Goa – a more important city than London or Lisbon in the 16th century. The mood changes as you roll south to laid-back Agonda, the center of Goa’s nascent surfing scene. It changes again as you head inland through green hills dotted with spice farms for a peek at thundering Dudhsagar Falls, India’s second-highest cascade. Finish up on the sand-sprinkled shore at lovely Palolem making time for a bird-spotting hike at nearby Cotigao Wildlife Sanctuary. 7. A drive through the northeast Best for tribal encountersGuwahati–Guwahati; 1700km 1056 miles; allow two weeks With a hired "jeep" and a driver who can speak local languages, a fascinating journey through the varied cultures of the Northeast States awaits. Start in Guwahati, the under-explored capital of Assam, and follow the mighty Brahmaputra River northeast to Kaziranga National Park for close encounters with one-horned Indian rhinos. Onwards to Arunachal Pradesh and the awesome Buddhist monasteries of the Tawang Valley local travel agencies can arrange a permit. Add on a wander through the tribal communities of Ziro and Daporijo, and loop back through Upper Assam, continuing east to the fascinating Konyak Naga villages around Mon in northern Nagaland. Ricochet back to the plains via Kohima ideally in December to catch the Hornbill Festival, then climb up onto the high plateau of Meghalaya, where markets sell bows and arrows as day-to-day essentials, before barrelling downhill from Shillong to Guwahati. Planning tip Bring supplies with you – roads are rough, and creature comforts are limited, but the experience is unparalleled. Factor in time for excursions like kayaking in Kerala © Vinu Sebastian / Shutterstock 8. Around the tip of India Best for southern spiceKochi–Kochi; 807km 501 miles; allow seven days The bottom end of India is a different country again. Start the journey through India’s steamy south in historic Kochi, whose ancient streets tell a timeless tale of seafaring, trade and Kerala spices. As you roam south to Alappuzha, ditch the car for a day to explore the fascinating, waterlogged backwaters by boat. As you pass through Amrithapuri, you can pause for a hug from a living guru before soaking up some rays on Kerala’s loveliest beaches at Varkala and whooshing through Thiruvananthapuram pause just long enough for some incendiary Kerala curries to the southern tip of India. From here, you’ll head inland, through drier, rockier Tamil Nadu, to reach Madurai, whose temple towers groan under the weight of deities and demons. The trip back to Kochi will take you through the Palani Hills, a side spur of the Western Ghats, where the landscape surges upwards to Kodaikanal, perhaps the most charming of India’s southern hill stations, with just the right mix of faded British-era nostalgia and India vim. Grab a cuppa amidst swirling tea plantations in Munnar, South India’s top tea-growing center, before you return to the coast. 9. Chennai to Puducherry Pondicherry Best for cultural varietyChennai–Puducherry; 232km 144 miles; allow three to four days For a short, sweet and spicy trip along India’s southeast coast, consider the three-day trip from Chennai south to Puducherry Pondicherry, taking in some contrasting visions of how colonial India changed once the European interlopers packed their bags. Start in Chennai, with its vast beach, famous-name ashrams and delicious vegetarian cuisine, then track south along the coast, wedged between the sea and the salt lake. Stop one is the surprising surf resort at Kovalam Covelong, a worthy stop en route to Mamallapuram, where you can view a riot of carvings and temples created by the Pallava dynasty. Duck inland to see the ancient Pallava capital at Kanchipuram, then return to the coast to close out the trip at charming Puducherry, formerly Pondicherry, where a Gallic air pervades – best experienced in heritage hotels in the old French Quarter. Just be warned some spiritually-minded travelers pull into the famous ashram at Auroville just north of "Pondy" and never leave! Road tripping in India by motorcycle is not for newbie riders © May_Chanikran / Getty Images Top tips for hiring a car and driver in India You’ll find drivers offering their services at taxi and "jeep" stands all over India, or you can make arrangements through hotels and travel agencies. Check that the driver speaks enough English to understand where you want to go and where you want to stop, and confirm that the driver is able to cross state lines – some vehicles are only licensed to operate in certain areas. You’ll need to agree on a price for the trip before you start, and the cost should include fuel, accommodation and food for the driver for multi-day trips. Expect to pay the equivalent of around US$30 per day. Be clear with your driver about what you want from your journey; if you want to avoid stops at tourist shops and commission-paying venues, be firm from the outset. Exploring India by motorcycle or bike is for experienced riders India’s roads are not for fair-weather motorcyclists, but if you have a few miles under your belt and fancy a challenge, it’s a fabulous way to explore this enormous country. Veteran hire companies such as Lalli Singh Tours in Delhi have sent hundreds of travelers off on journeys across India, from the steamy southern jungles to the high passes of the Himalayas. The best advice we can give is to ride slowly and defensively, always give way to larger vehicles, and carry a full repair kit and spares – and know how to use them! The nostalgic British-designed Enfield Bullet is the vehicle of choice for many travelers, but it’s a heavy brute; newer machines from the likes of Bajaj are lighter and easier to handle. If you plan to pedal your way around India by bicycle, carry plenty of puncture repair kits and bring lights and high visibility gear. If you don’t want to transport your own bike into the country, consider flying into Delhi and buying a bike at the Jhandewalan Cycle Market.
Mungkin sudah sering mendengar cerita-cerita indah ataupun kurang mengenakan saat jalan-jalan di India. Tentang kemegahan keindahan Taj Mahal, keindahan pegunungan bersalju di Kashmir, Mumbay yang dikenal sebagai Bollywood dengan filmnya. Itu semua berada di India bagian tengah dan utara. Tempat-tempat yang sudah populer bagi orang Indonesia dan ramai mereka kunjungi. Sementara saya memilih pergi ke selatan India. Tepatnya negara bagian Tamil Nadu. Saya mengunjungi kota besarnya, Chennai, dan daerah pegunungan Kodaikanal di Didinggul. Kalau di peta, Tamil Nadu membentang di ujung selatan anak benua. Berbatasan dengan Kerala. Dekat dengan Sri Lanka. Untuk ke Tamil Nadu, pastinya harus melalui Chennai. Ibukotanya yang menyajikan pemandangan yang kontradiktif. Kota metropolitan ini memiliki dua wajah. Pada satu sisi, modernitas sudah terlihat di mana-mana. Namun di sisi lain, wajah kusam, kumuh, dan semrawut masih dominan. Dulu dikenal dengan nama Madras. Kini menjadi pusat budaya, ekonomi, dan pendidikan terbesar di selatan India. Kota ini adalah kota metropolitan terbesar keempat di India. Jumlah penduduknya saja lebih dari delapan juta jiwa. Metro Chennai adalah area urban dengan populasi terbanyak ke-36 di dunia. Jadi tak heran ketika menelusuri kota metro seluas kilometer persegi ini, setiap sudut kota selalu ramai. Di mulai di gerbang utamanya, Chennai Internasional Airport, manusia berjejal di pintu keluar. Menunggu kerabat, teman, atau tamu. Apalagi sopir taksi datang menawarkan jasanya seperti di Indonesia. Kalau langsung keluar pasti membuat bingung dengan banyaknya orang. Patung Anna Salai di Pusat Kota Chennai Pemandangan serupa dijumpai di atas kereta yang membawa dari bandara ke pusat kota. Orang-orang berdesak-desakan naik kereta. Mereka berjejal di atas kereta. Bagi yang tidak kebagian tempat duduk, berdiri di tengah-tengah hingga nyaris tumpah di pintu. Jangan membayangkan kereta ini seperti kereta di Jepang atau Singapura. Kalau pernah melihat film Slumdog Millionire, begitulah keadaan kereta di Chennai. Di bus kota pun begitu. Terutama pada jam-jam sibuk seperti berangkat atau pulang kerja. Bus jadi moda transportasi yang paling banyak digunakan. Orang berdiri dalam bus yang sesak. Kalau tak kebagian tempat di dalam, ya menggantung dekat pintu. Ketika hari pertama berada di Chennai, awal Januari lalu, para pengemudi bus yang dikelola pemerintah sedang mogok. Seorang polisi dan warga Chennai yang saya temui mengungkapkan hal tersebut. Jadi tidak banyak bus yang beroperasi. Setiap bus yang melintas, selalu padat penumpang. Pantas saja, saya dan banyak warga yang harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan tumpangan. Atau beralih ke kereta. Saya ikut beralih menggunakan kereta ke pusat kota. Meski kota metropolitan, wajah Chennai tak ubahnya kota lama. Banyak bangunan-bangunan berwajah kusam dengan gaya lama. Perpaduan gaya Mugals dan British yang menghasilkan gaya Indo-Saracenic. Kota metro ini memang tumbuh dengan percampuran gaya arsitektur Hindu, Islam, dan Gotik. Bahkan bangunan institusi yang muncul lebih dulu banyak bergaya era kolonial. Gaya arsitektur bergaya kolonial itu bisa dilihat pada bangunan Fort Saint George yang dibangun tahun 1640, Madras High Court yang dibangun tahun 1892, Southern Railway Headquarters, Ripon Building, dan Government Museum. Lalu bangunan Senate House of the University of Madras, Amir Mahal, Bharat Insurance Building, Victoria Public Hall dan The College of Engineering. Bangunan-bangunan itu, kalau tak bercat putih, pasti bercat warna merah tua. Catnya banyak yang sudah mengelupas atau sudah tampak kusam. Warga Chennai menunggu bus di Chennai Central Selain bergaya Indo-Saracenic, banyak juga bangunan bergaya Gotik. Misalnya yang terlihat pada bangunan stasiun kereta Chennai Central dan Chennai Egmore. Chennai Central adalah pusat pertemuan seluruh moda transportasi. Stasiun kereta, stasiun bus, dan sebentar lagi stasiun Metro, berada di Chennai Central. Bangunannya khas dengan cat warna merah hati. Bangunan-bangunan itu sudah ada sejak abad ke-17. Bahkan bangunan tertua dan masih ada sampai sekarang dibangun pada abad ke-7 dan abad ke-8. Kesan zaman dulu atau bahasa kerennya jadul pun langsung muncul ketika berkeliling melihat kota ini. Bak melihat Jakarta pada era 80-an. Kesan era 80-an makin kental saat melihat bus kota yang melayani jutaan warga. Kalau pernah melihat film Dono, Kasino, Indro, dari tahun 80-an, pasti bisa membayangkan model bus di Chennai. Catnya sudah kusam, bahkan terkelupas. Memiliki banyak jendela tetapi kacanya sudah copot. Jadi angin langsung menerobos masuk ke dalam bus. Di tengah kota metroplitan ini banyak kawasan-kawasan kumuh yang tampak semrawut. Terutama di sepanjang jalur kereta. Gubuk yang menjadi rumah permanen warga juga berderet di pinggir jalan raya. Gubuk-gubuk itu berukuran kecil. Tampaknya hanya terdiri dari satu ruangan, tanpa kamar mandi. Warganya kadang duduk berkumpul sambil lesehan di tanah. Sehari-hari mereka menggunakan bahasa Tamil yang berbeda dari bahasa Hindi atau bahasa nasional India. Makanya orang-orang dari India bagian utara berkomunikasi dengan orang Tamil menggunakan bahasa Inggris. Gelandangan tidur di mana-mana. Fakta ini membuat syok karena mereka tidur di sembarang tempat. Bahkan di trotoar jalan yang terpapar panas matahari atau diguyur hujan. Mereka hanya menutup tubuh sampai kepala dengan sarung. Namun kebiasaan warga yang paling membuat syok adalah kencing di sembarang tempat. Di pinggir jalan, di tembok bangunan, atau di samping kendaraan. Terkadang mereka berderet-deret buang air kecil sambil berdiri. Sudut jalan di Marina Beach Kebiasaan ini tak hanya dilakukan pria dewasa. Orang tua juga seolah membiasakan anaknya yang masih kecil untuk pipis sembarangan tempat. Bahkan wanita dewasa sekalipun melakukan kebiasaan ini. Sekali waktu, saya melihat seorang nenek juga kencing dekat tong sampah sambil berdiri. Jadi jangan heran kalau menelusuri kota ini, tercium bau pesing. Bau pesing di mana-mana, ditambah bau sampah. Kebiasaan warganya yang membuang sampah sembarangan memunculkan titik tumpukan sampah. Termasuk di tepian jalan besar. Karena relatif lama tak diangkat sehingga menebar aroma busuk. Lalu datanglah sapi-sapi mengaduk-aduk sampah untuk mencari makan hingga berserakan. Pemandangan serupa juga tampah di kawasan wisata seperti pantai. Chennai memiliki pantai terpanjang kedua di dunia. Marina Beach yang membentang sepanjang 13 kilometer di Teluk Bengali. Pantai ini ramai tetapi tidak terurus. Sampah berserakan mencemari lautan pasir. Pantai Trikora di Bintan atau Pantai Mirota di Pulau Galang jauh lebih terurus dan bersih. Dibalik wajah kumuh Chennai dan kebiasaan warganya yang buruk, banyak juga kemajuan yang dicapai kota yang ramai dikunjungi wisatawan ini. Bandara Internasional Chennai sebagai pintu masuk kawasan selatan India adalah bandara tersibuk ke keempat di India. Menyadari banyaknya kunjungan wisatawan, pemerintah India membangun Bandara Chennai relatif megah. Melihatnya seperti perpaduan Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar dan Bandara Kualanamu di Medan. Ritual di Kuil tertua di Chennai Akses ke pusat kota sangat mudah dengan berbagai moda transportasi. Jalan layang dan jalan tol dalam kota sudah ada. Jalan layang bahkan sudah saling silang atau pararel. Bandara Chennai sendiri sudah dihubungkan dengan kereta antarkota dan metro sejak lama. Kereta ini sudah ada sejak tahun 1939. Lebih dulu dari Jakarta yang baru memiliki kereta bandara akhir tahun lalu. Bahkan bandara ini telah dilayanai Metro Rail Chennai atau MRT seperti di Singapura meski masih belasan kilometer dan belum sampai ke pusat kota. Stasiun dan jalur menuju bandara ini sudah siap sejak tahun 2016. Sementara di pusat kota, beberapa stasiun sudah siap. Saat ini sudah ada dua jalur. Pembangunan terus berlanjut dan diperpanjang hingga kini. Selain kereta dan metro, moda transportasi lainnya adalah taksi. Termasuk taksi online. Saat Indonesia masih berkutat soal pro-kontra, taksi online di Chennai sudah bebas menjemput penumpang di bandara. Di Bandara Internasional Chennai, tersedia tempat penjemputan khusus yang disediakan untuk taksi online seperti Uber dan Ola. Tak heran, teman di India menyarankan saya menggunakan taksi online saja kalau tiba tengah malam. Meski begitu, Chennai dengan budayanya yang masih kental menarik wisatawan untuk datang. Penerbit buku panduan wisata Lonely Planet menyebutkan Chennai masuk sepuluh besar kota di dunia yang dikunjungi tahun 2015. Pada tahun yang sama, BBC juga melabeli Chennai sebagai hottest city atau kota yang paling layak untuk dikunjungi dan ditinggali dalam waktu yang lama. Hal ini karena perpaduan modernitas dan nilai-nilai budayanya masih kental. Lonely Planet menambah label Chennai dengan sebutan kota kosmopolitan terbaik kesembilan di dunia.*** 4038
pengalaman jalan jalan ke india